Saturday 23 January 2016

laporan tentang respon ikan terhadap perubahan pH

BAB 1
 PENDAHULUAN 
1.1.  Latar Belakang
Fisiologi adalah adalah turunan biologi yang mempelajari bagaimana kehidupan berfungsi secara fisik dan kimiawi.Istilah ini dibentuk dari kata Yunani Kuna physis, "asal-usul" atau "hakikat", dan logia, "kajian".Fisiologi menggunakan berbagai metode ilmiah untuk mempelajari biomolekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, dan organisme secara keseluruhan menjalankan fungsi fisik dan kimiawinya untuk mendukung kehidupan (Hariyadi, 2005).
Fisiologi hewan air adalah Ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme dan cara kerja dari organ, jaringan dan sel dari suatu organisme (ikan sebagai hewan air). Termasuk dalam Fisiologi Hewan Air adalah Penyesuaian diri terhadap lingkungan (adaptasi), Metabolisme, Peredaran darah, Respirasi, Reproduksi dan Pengambilan makanan (nutrisi) (Fujaya,2008).
Air merupakan media hidup organisme akuatik yang variabel lingkungannya selalu berubah baik harian, musiman, bahkan tahunan. Kondisi lingkungan yang selalu berubah tersebut akan mempengaruhi proses kehidupan organisme di dalamnya khususnya ikan. Air sebagai lingkungan tempat hidup ikan harus mampu mendukung kehidupan dan pertumbuhan ikan tersebut  (Fujaya, 2008).
            Tubuh ikan dapat merespon perubahan lingkungan karena dilengkapi alat penerima rangsang (indera), baik fisik maupun kimia. Misalnya mata, bertugas untuk menentukan perubahan cahaya, linea lateral merekam perubahan arus dan gelombang, telinga dalam merekam perubahan arah dan gravitasi, indera pembau dan pengecap. Perubahan lingkungan yang direkam alat indra tersebut dilaporkan ke otak untuk selanjutnya dilakukan penyesuaian dengan cara perubahan tingkah laku atau metabolisme untuk mengatasi gangguan keseimbangan (Fujaya, 2005).
Lingkungan perairan tempat ikan yang dibudidayakan tumbuh dan berkembang biasa disebut dengan media. Media yang dapat dipergunakan untuk melakukan kegiatan budidaya ikan ada beberapa persyaratan-persyaratan agar ikan dapat tumbuh dan berkembangbiak pada wadah yang terbatas tersebut. Dalam menghitung atau mengukur kualitas air pada suatu perairan maka data-data atau parameter yang biasanya diukur adalah keasaman (pH), oksigen terlarut, suhu, dan lain sebagainya. Derajat keasaman air merupakan faktor pembatas pada pertumbuhan jasad renik dan juga ikan (Gusrina, 2008).
          Perubahan pH yang terjadi dapat mempengaruhi siklus kehidupan biota yang ada diperairan termasuk ikan. Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan (Sary, 2006).

1.2.  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mengamati respon ikan terhadap perubahan pH lingkungan.

1.3.  Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui sejauh mana ikan dapat bertahan hidup dan mengetahui perbandingan asam,basa, dan netral.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Sistematika dan Morfologi Ikan Patin (Pangasius sp)
Adapun sistematika ikan Patin (Pangasius sp) menurut Saanin (2003), yaitu sebagai berikut:
Kingdom                : Animalia
phylum                   : Chordata
sub phylum            : Vertebrata
class                       : Pisces
sub class                 : Teleostei
ordo                       : Ostariophysi
sub Ordo                : Siluroidei
family                     : Schilbeidae
genus                      : Pengasius
spesies                    : Pangasius sp
Ikan patin memiliki warna tubuh putih agak keperakan dan punggung agak kebiruan, bentuk tubuh memanjang, kepala relatif kecil, pada ujung kepala terdapat mulut yang dilengkapi dua pasang sungut yang  pendek. Pada sirip punggung memiliki sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang bergerigi dan besar di sebelah belakangnya. Sirip ekor membentuk cagak dan bentuknya simetris. Ikan patin tidak mempunyai sisik, sirip dubur relatif  panjang yang terletak di atas lubang dubur terdiri dari 30-33 jari-jari lunak sedangkan sirip perutnya memiliki enam jari-jari lunak. Memiliki sirip dada 12-13 jari-jari lunak dan sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi senjata yang dikenal dengan patil, di bagian permukaan punggung ikan patin terdapat sirip lemak yang berukuran kecil (Saanin, 2003).
Ikan Patin nama Inggrisnya Catfish, yang termasuk dalam Famili Pangasidae, Ikan Patin bersifat nocturnal (lebih banyak melakukan aktivitas di malam hari), juga sifatnya yang Omnivora (pemakan segala macam makanan), antara lain cacing, serangga, udang, ikan yang kecil–kecil dan biji–bijian , bahkan sabun detergen batangan (Affandi, 2001).
Ikan Patin, termasuk ikan dasar, dapat terlihat dari bentuk mulutnya yang terletak lebih kebawah, dan habitat ikan ini di sungai–sungai besar , dan muara– muara sungai, dan tersebar di Indonesia, Myanmar dan india (Affandi, 2001). 
          Banyak kerabat Ikan Patin ini yang termasuk dalam keluarga Pangasidae ini, antara lain yang tersebar di Indonesia pada umumnya memiliki ciri–ciri bentuk badannya sedikit memipih, tidak bersisik atau ada yang bersisik sangat halus, mulutnya kecil dan ada sungutnya berjumlah 2-4 pasang yang berfungsi sebagai alat peraba, terdapat Patil/panting pada sirip punggungnya juga sirip dadanya, sirip duburnya panjang dimulai dari belakang dubur hingga sampai pangkal sirip ekor (Affandi, 2001).

2.2.  Habitat dan Penyebaran Ikan Patin
Habitat dan penyebaran ikan patin (pangasius sp) dimana patin tidak pernah ditemukan di daerah payau atau di air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air (Affandi, 2001).
Habitat atau lingkungan hidup ikan patin banyak ditemukan di perairan air tawar, di dataran rendah sampai sedikit payau. Penyebaran ikan patin di Indonesia berada di Pulai Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Ikan patin secara alami berada di perairan umum, namum seiring dengan semakin banyaknya petani yang membudidayakan ikan patin ini, pemeliharaan ikan patin banyak dilakukan di kolam-kolam buatan (Affandi, 2001).

2.3. Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan ikan (food habits) adalah kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan ikan. Kebiasaan makan ikan diperlukan untuk mengetahui gizi alamiah ikan tersebut sehingga dapat dilihat hubungan ekologi diantara organisme diperairan itu, misalnya bentuk– bentuk pemangsaan, saingan dan rantai makanan. Jadi makanan dapat merupakan faktor yang menentukan bagi populasi pertumbuhan dan kondisi ikan. Jenis makanan dari spesies ikan biasanya tergantung umur, tempat dan waktu (Affandi, 2001).

Ikan Patin termasuk ikan yang beraktifitas pada malam hari atau nocturnal. Ia termasuk ikan ikan dasar . Secara fisik memang dari bentuk mulut yang lebar persis seperti ikan demersal lain seperti lele dan ikan gabus. Malam hari ia akan keluar dari lubangnya dan mencari makanan renik yang terdiri dari cacing, serangga, udang sungai, jeni–jenis siput dan biji–bijian juga. Dari sifat makannya ikan ini juga tergolong ikan yang sangat rakus karena jumlah makannya yang besar (Affandi, 2001).
Ikan patin mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam (bottom feeder). Berdasarkan jenis pakannya, ikan patin digolongkan sebagai ikan yang bersifat omnivora (pemakan segala). Namun, pada fase larva, ikan patin cenderung bersifat karnivora. Pada saat larva, ikan patin bersifat kanibalisme atau bersifat sebagai pemangsa. Oleh karena itu, ketika masih dalam tahap larva, pemberian pakan tidak boleh terlambat (Affandi, 2001).

2.4. Kualitas Air
Air merupakan media hidup bagi ikan dimana di dalamnya mengandung berbagai bahan kimia lainnya, baik yang terlarut dan dalam bentuk partikel. Kualitas air bagi perikanan didefenisikan sebagai air yang sesuai untuk mendukung kehidupan dan pertumbuhan ikan, dan biasanya hanya ditentukan dari beberapa parameter. Unsur kualitas air yang paling berpengaruh terhadap kehidupan ikan antara lain suhu, oksigen terlarut (DO), keasaman (pH) dan kesadahan (Subani, 2000).
Kualitas air sangat berhubungan erat dengan kelangsungan hidup ikan patin di bak pendederan. Parameter kualitas air yang baik untuk  dilakukannya budidaya ikan patin. (Subani, 2000).
2.4.1.      Suhu

Setiap spesies mempunyai kisaran suhu yang berbeda, maka bila terjadiperubahan di luar kisaran suhu tersebut akan membuat ikan stess bahkan bisamengakibatkan kematian. Suhu yang lebih tinggi dari kisaran suhu optimal akanmeningkatkan toksisitas dari kontaminan terlarut yang kemudian meningkatkanpertumbuhan dari patogen, menurunkan konsentrasi oksigen terlarut,meningkatkan konsumsi oksigen dari peningkatan suhu tubuh, serta meningkatkanlaju metabolisme. Sebaliknya suhu yang lebih rendah dari kisaran suhu optimumakan mengakibatkan respon imunitas menjadi lebih lambat, mengurangi nafsumakan, aktifitas dan pertumbuhan .
Demikian juga diungkapkan oleh Effendi (2000) bahwa suhu airberpengaruh tehadap aktifitas penting terutama pernafasan, reproduksi serta lajumetabolisme. Secara umum fluktuasi suhu yang membahayakan bagi ikan ialah 50C dalam waktu 1 jam. Untuk transportasi jarak jauh dan lama (lebih dari 24 jam)oksigen harus selalu tersedia dan suhu tidak boleh melebihi 280C, adapun suhuyang ideal untuk transportasi ikan tropis adalah 20-24oC. Suhu pemeliharaan ikanpatin umumnya berkisar antara 26,5-28oC untuk pembesaran dan29-32oC untuk pembenihan (Effendi,2000).
2.4.2.  Derajat Keasaman (pH).
Aktifitas ikan patin yang memproduksi asam dari hasil proses metabolisme dapat mengakibatkan penurunan pH air, kolam yang lama tidak pernah mengalami penggantian air akan menyebabkan penurunan pH, hal ini disebabkan karena peningkatan produksi asam oleh ikan patin yang terakumulasi terus-menerus didalam kolam dan ini dapat menyebabkan daya racun dari amoniak dan nitrit dalam budidaya ikan nila akan meningkat lebih tajam. pH yang sesuai agar pertumbuan ikan patin optimum adalah pada pH 6 – 7 (Subani, 2000).
2.4.3.  Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen/DO)

Oksigen terlarut (DO) adalah salah satu parameter kualitas air yang penting. Kekurangan oksigen biasanya merupakan penyebab utama kematian ikan secara mendadak dan dalam jumlah besar. Mempertahankan kondisi DO dalamkisaran normal akan membantu mempertahankan kondisi ikan selama penanganan. Konsentrasi DO yang terlalu rendah menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap kesehatan ikan seperti anoreksia, stres pernafasan, hipoksia jaringan, ketidaksadaran, bahkan kematian.Bobot ikan dan suhu air merupakan faktor penting yang mempengaruhikonsumsi oksigen ikan dalam kaitannya dengan metabolisme selama transportasi.Ikan yang lebih berat dan yang diangkut menggunakan air yang lebih hangatmemerlukan oksigen yang lebih banyak. Apabila suhu air meningkat 10°C(misalnya dari 10°C menjadi 20°C), maka konsumsi oksigen akan meningkat 2 kali lipatnya. Oksigen terlarut di dalam mediatransportasi ikan harus lebih besar dari 7 mg/l dan lebih kecil dari tingkat jenuh,sebab kebutuhan oksigen akan meningkat pada saat kadar CO2 tinggi dan stres penanganan sehingga untuk persiapan disediakan dua kali kebutuhan normal. Kandungan oksigen terlarut yang baik untuktransportasi ikan harus lebih dari 2 mg/l (Rianaya,2011).
Konsumsi oksigen tertinggi pada ikan terjadi 15 menit pertama dari saat transportasi.Pada benih ikan patin siam, tingkat konsumsi oksigen benih yang berukuran lebih besar cenderung lebih tinggi dibandingkan benih ukuran yanglebih kecil namun bila berdasarkan tingkat konsumsi oksigen perkilogram nya, benih yang berukuran lebih kecil memiliki tingkat konsumsi oksigen yang lebih besar.(Rianaya,2011).

2.5.  Sistematika dan Morfologi Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
          Sistematika ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis) menurut Saanin (2003) adalah sebagai berikut:
kingdom     : Animalia                                                                                               
filum          : Chordata                               
kelas           : Actinopterygii                                                                                            
ordo          : Perciformes                                                                                      
famili        : Osphronemidae                                                                                                       
genus        : Trichogaster                                                                    
spesies       :Trichogaster pectoralis
Ikan sepat siam yang mempunyai nama ilmiah Trichogaster pectoralis. Ragam dari anabantidae ini mempunyai badan memanjang. Bentuk tubuh pipih ke samping ,tinggi badan 2,2-3 kali panjang setandar. Mulut kecil dan dapat di sembulkan. Jari-jari sirip perut yang pertama  mengalami modifikasi/perubahan menjadi filamen yang panjang hinga mencapai ekor(Saanin,2003).
Warna badan bagian pungug hijau kegelapan sedangkan pada bagian sebelah samping sisik berwarna lebih terang. Pada bagian kepala dan badan terdapat garis-garis yang melintang dan dari mata sampai ekor terdapat garis memanjang yang terputus. Pada sirip dubur terdapat 2-3 garis hitam yang membujur. Ikan ini dapat mencapai panjag mencapai 25cm (Saanin, 2003).


2.6.  Habitat dan Penyebaran Ikan Sepat Siam
Ikan sepat siam bukan merupan ikan asli dari Indonesia melainkan dari Thailan. Di alam aslinya ikan ini menepaati rawa-rawa yang PH rendah. Jadi tidaklah heran jika ikan ini dapat berkembang biak di rawa-rawa Indonesia yang kisaran pHnya berkisar antara 4-9 (Sukiya, 2005).
Penyebaran asli ikan ini adalah di wilayah Asia Tenggara, terutama di lembah Sungai Mekong di Laos, Thailand, Kamboja dan Vietnam; juga dari lembah Sungai Chao Phraya. Ikan ini diintroduksi ke Filipina, Malaysia, Indonesia, Singapura, Papua Nugini, Sri Lanka, dan Kaledonia Baru(Sukiya, 2005).
Sepat siam dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1934, untuk dikembangkan pembudidayaannya di kolam-kolam dan sawah. Tahun 1937, sepat ini dimasukkan ke Danau Tempe di Sulawesi dan sedemikian berhasil, sehingga dua tahun kemudian ikan ini mendominasi 70% hasil ikan Danau Tempe. Saat ini sepat siam telah meliar dan berbiak di berbagai tempat di alam bebas, termasuk di Jawa(Sukiya, 2005).

2.7.  Kebiasaan Makan Ikan Sepat Siam
Ada kesamaan antara larva/ benih dengan ikan-ikan dewasa dari makan yang disukai ,sehinga akan memudahkan pemeliharaan ikan ini di kolam nantinya. Ikan-ikan dewasa menyukai Zooplankton,sedangkan benih dan larva menyukai fitoplankton yang ukuran dan komposisinya masih lmbut(Sukiya, 2005).
Golongan zooplaktonyang sangat di sukai oleh ikan-ikan dewasa cilliata,Rotifera,Cladocera,Copepoda. Selain itu juga ikan dewasa ini menyukai tumbuhantinkat tinggi yang membusuk menjadi santapan yang meyenagkan bagi iakan ini. Jika di perairan tempat hidupnya tersedia tumbuhan-tumbuhan tinkat tiggi seperti kankung dan lemna akan di santapnya juga. Sedangkan golongan fitoplkton yang sangat disukai oleh benih biasanya yang bernama Bacillariphyceae.Cyanophyceae dan flagelata(Sukiya, 2005).

2.8.  Kualitas Air
Ikan sepat siam cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi  (800 m  dpl) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan sepat siam harus bersih, tidak terlalu keruh  dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan sepat siam tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras.( Andrianto, 2005).
Air yang digunakan dalam pembesaran ikan sepat siam besaral dari aliran air sungai dan campuran dari air hujan. Pengelolaan kualitas air yang digunakan yaitu dengan cara penanganan terhadap air serta pengecekan parameter kualitas air dengan menggunakan alat ukur kualitas air seperti termometer untuk mengukur suhu, DO meter sebagai pengukur kandungan oksigen, pH meter untuk pengecekan pH, dan amoniak.( Andrianto, 2005).
2.8.1.  Suhu
Suhu air juga sangat penting bagi kehidupan ikan karena suhu air sangat berpengaruh terhadap kehidupan jasad renik (mikroorganisme), sehingga dapat mempengaruhi kehidupan ikan. Jika suhu berfluktuasi secara drastis, dapat berakibat buruk bagi pertumbuhan embrio ikan. Suhu air dipengaruhi oleh radiasi cahaya matahari, suhu udara, cuaca dan lokasi(Lesmana,2001).
 Air mempunyai kapasitas yang besar untuk menyimpan panas sehingga suhunya relatif konstan dibandingan dengan suhu udara, perbedaan suhu air antara pagi hari dan siang hari hanya 20 C. Suhu air akan mempengaruhi densitas/kepadatannya (dalam gr/cm3). Perbedaan densitas air antara lapisan atas dan lapisan bawah dapat menyebabkan terjadinya stratifikasi air menjadi 3 lapisan, yaitu epilimnion (lapisan atas yang suhunya tinggi), hypolimnion (lapisan bawah yang dingin) dan thermocline (lapisan antara keduanya yang suhunya turun drastis). Stratifikasi air ini dipengaruhi oleh kedalaman kolam/tambak dan radiasi cahaya matahari.Suhu optimal untuk ikan sepat siam antara 25-350 C. Oleh karena itu ikan sepat siam cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi 800 m diatas permukaan laut.(Lesmana, 2001).
2.8.2.  Derajat Keasaman (pH)
Ikan sepat siam yang masih kecil lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dibandingkan ikan yang sudah besar. Nilai pH air tempat hidup ikan sepat siam berkisar antara 4-9. Namun, pertumbuhan optimal terjadi pada pH 6-7,5.(Andrianto, 2005).
2.8.3. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen/DO)
Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen/DO) adalah salah satu faktor pembatas dalam kegiatan pembenihan karena fase ikan pada tahap ini memiliki tingkat metabolisme dan kebutuhan yang tinggi. Konsentrasi kandungan oksigen terlarut sebaiknya tidak boleh dibawah 4 ppm (Hargreaves dan Trucker,2004).
Nilai oksigen di dalam pengelolaan kesehatan ikan sangat penting karena kondisi yang kurang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan dapat mengakibatkan ikan stress sehingga mudah terserang penyakit. Kebutuhan oksigen untuk tiap jenis biota air berbeda-beda, tergantung dari jenisnya dan kemampuan untuk  beradaptasi dengan naik-turunnya kandungan oksigen. Kandungan oksigen terlarut yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan sepat siam sebesar 5 mg/l. (Rianaya,2011).

2.9.  Pengaruh pH Air terhadap kelangsungan hidup Ikan
pH (singkatan dari “ puisance negatif de H “ ), yaitu logaritma negatif dari kepekatan ion-ion H yang terlepas dalam suatu perairan dan mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan organisme perairan, sehingga pH perairan dipakai sebagai salah satu untuk menyatakan baik buruknya sesuatu perairan. Pada perairan perkolaman pH air mempunyai arti yang cukup penting untuk mendeteksi potensi produktifitas kolam. pH Air yang agak basa, dapat mendorong proses pembongkaran bahanorganik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasikan olehtumbuh tumbuhan (garam amonia dan nitrat). pH air pada perairan yang tidak mengandung bahan organik dengan cukup, maka mineral dalam air tidak akan ditemukan. Andai kata kedalam kolam itu kemudian kita bubuhkan bahan organik seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan sebagainya dengan cukup, tetapi kurang mengandung garam-garam bikarbonat yang dapat melepaskan kationnya, maka mineral-mineral yang mungkin terlepas juga tidak akan lama berada didalam air itu. Untuk menciptakanlingkungan air yang bagus, pH air itu sendiri harus mantap dulu (tidak banyak terjadi pergoncangan pH air) (Subani, 2000).
            Keasaman air atau yang populer dengan istilahpH air sangat berperan dalam kehidupan ikan. Pada umumnya pH yang sangatcocok untuk semua jenis ikan berkisar antara 6,7 - 8,6. Namun begitu, ada jenis ikan yang karena hidup aslinya di rawa-rawa, mempunyai ketahanan untuk tetap bertahan hidup pada kisaran pH yang sangat rendah ataupun tinggi, yaitu antara 4- 9, misalnya ikan sepat siam. Sebagian besar ikan dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan perairan yang mempunyai derajat keasaman (pH) berkisar antara 5-9. Untuk sebagian besar spesies ikan air tawar pH yang cocok berkisar antara 6,5 – 7,5 sedangkan untuk ikan laut 8,3.Pada kolam budidaya fluktuasi pH sangat dipengaruhi oleh proses respirasi, karena gas karbondioksida yang dihasilkannya. Pada kolam yang banyak dijumpai alga atau tumbuhan lainnya, pH air pada pagi hari biasanya mencapai angka kurang dari 6,5 sedangkan pada sore hari dapat mencapai 8-9. Pada kolam dengan sistem resirkulasi, air cenderung menjadi asam karena proses nitrifikasi dari bahan organik akan menghasilakan karbondioksida dan ion hidrogen. Nilai pH air yang normal adalah netral, yaitu antara pH 6 sampai pH 8. Air yang pH-nya kurang dari 7 bersifat asam, sedangkan yangpH-nya lebih dari 7 bersifat basa. Tanah yang bersifat asam akan mengakibatkanpelarutan dan ketersediaan logam berat yang berlebihan dalam tanah. Perubahan pH yang sangat asam maupun basa akan mengganggu kelangsungan hiduporganisme akuatik karena menyebabkan terganggunya metabolisme dan respirasi(Subani, 2000).




BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1     Tempat dan Waktu
Praktikum Fisiologi Hewan Air ini dilaksanakan di Laboratorium Dasar Perikanan, Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya pada hari Rabu, 4 Maret 2015 pukul 14.30 WIB sampai dengan selesai.

3.2     Bahan dan Metoda
          Tabel 1.  Bahan yang digunakan dalam praktikum
No
Bahan
Spesifikasi
Fungsi
1
2
3

4
5
6

7
8
Toples
Tisu
Kertas Lakmus
Air tawar
Ikan patin
Ikan sepat siam
NaOH
H2SO4
2 buah
1 buah
3 buah

2  liter
2 ekor
1 ekor

Secukupnya
Secukupnya
Sebagai wadah pemeliharaan ikan Untuk membersihkan toples dan peralatan lainnya
Untuk mengukur pH air

Media pemeliharaan ikan
Bahan uji percobaan
Bahan uji percobaan

Untuk menaikkan pH air
Untuk menurunkan pH air

3.2.1.   Metoda
   Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Bersihkan wadah yang akan digunakan untuk lingkungan idup ikan.
2.      Isi toples dengan air 2 liter.
3.      Ukur pH awal air dengan menggunakan kertas lakmus dan kemudian catat berapa pH-nya.
4.      Masukkan ikan kedalam toples yang telah diisi dengan air yang memiliki pH 7, amati tingkah laku ikan selama 10 menit.
5.      Tambahkan NaOH sampai pH menjadi 9, amati tingkah laku ikan selama 10 menit.
6.     Tambahkan H2SO4 sampai pH menjadi 5, amati tingkah laku ikan selama 10 menit.


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1     Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1.Hasil respon ikan terhadap perlakuan pH setiap dalam wadah toples
No
pH
Respon Ikan
Keterangan
Ikan Sepat
Ikan Patin
1
3
Stres
Hiperaktif, sering muncul ke permukaan
Stress, pingsan
2
5
Normal
Awal stress, lalu melambat
Ikan hidup
3
7
Normal
Normal
Ikan hidup
4
9
Aktivitas normal
Aktivitas normal
Ikan hidup
5
11
Ikan pasif
Ikan stress, overculum cepat
Ikan mati

Pada percobaan pengamatan respon ikan terhadap perubahan pH ini ada beberapa langkah yang digunakan yaitu dengan menambahkan larutan H2SO4 yang merupakan asam kuat dan NaOH yang merupakan basa kuat. Pada percobaan ini, ikan diberikan respon dengan kondisi yang dinaikkan yaitu mulai dari pH 3-11. Bisa kita lihat dari tabel hasil bahwa ikan mampu bertahan pada kisaran pH 5-9, itu menunjukkan bahwa kisaran pH yang bisa menjadi tempat hidup ikan berkisar 5-9. Ketika ikan berada pada pH dibawah batasannya ikan akan pingsan. Semakin tinggi pH yang diberikan, akan membawa dampak buruk bagi ikan. Hal yang terjadi biasanya ikan mengalami stres sampai mati.

Tabel 2.Hasil respon ikan terhadap perubahan pH di dalam toples
No
pH
Respon Ikan
Keterangan
Ikan Sepat
Ikan Patin
1
5
Stres
Stres
Ikan hidup
3
7
Aktivitas normal
Aktivitas normal
Ikan hidup
4
9
Stres
Stres
Ikan hidup

   Percobaan ini pH yang diberikan kedalam air tidak sebesar pada percobaan pertama. Percobaan ini menggunakan pH dari 5-9. Menaikkan pH dapat menggunakan larutan NaOH yang merupakan basa kuat. Pada percobaan ini, ikan masih dapat bertahan hidup, karena ikan air tawar mampu bertahan hidup pada kondisi kisaran pH dari 5-9. Kamampuan hidup ikan dalam perubahan pH tidak sama, hal ini dapat terlihat dari percobaan yang dilakukan bahwa ikan patin langsung lemas atau tidak begitu aktif dan mengalami stres saat kondisi pH lingkungannya berubah.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.  Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.  pH sangat berpengaruh pada kehidupan ikan.
2.  Jika pH terlalu rendah,ikan akan pingsan.
3.  Jika pH terlalu tinggi, ikan akan mengalai stres dan mati.
4.  Ikan cenderung bisa bertahan pada pH rendah.
5.  Ikan patin dan sepat siam memiliki respon yang berbeda terhadap pH.

5.2.  Saran
Sebaiknya alat yang akan digunakan untuk praktikum disesuaikan dengan jumlah kelompok praktikan agar bisa menghemat waktu.




5 comments:

  1. Mas boleh minta daftar pustaka nya tidak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maaf sebelumnya, andhiani saras sudah dapatkah daftar pustakanya?

      Delete
  2. Terima kasih ya mas atas ilmunya. namun bolehkah saya minta daftar pustakanya?

    ReplyDelete
  3. Lumayan juga buat nambah ilmu mancing http://www.jualherbaldenature.com /

    ReplyDelete